Material berbasis bio (biomaterials) sudah terkenal di kalangan peneliti, baik yang berkecimpung di bidang ilmu bahan, kesehatan, maupun lingkungan, sebagai salah satu solusi terbaik untuk menciptakan kondisi environmental friendly. Menariknya, merebaknya pandemi Covid-19 justru membuat para peneliti dan entrepreneur muda untuk berlomba-lomba menciptakan bahan dengan fitur antivirus. Salah satunya dengan basis partikel Nano-tembaga.
Referensi tembaga sebagai antivirus dan antibakteri
Menurut Royyan Wafi Pujiyanto, co-Founder CoFilm+ Indonesia, “mengapa tim CoFilm+ memilih bahan tembaga sebagai active material adalah karena tembaga sudah US Environmental Protection Agency (EPA)-approved sejak lama, sebagai bahan antimicrobial permanen. Fungsi lainnya, tembaga juga bisa membunuh hampir semua virus yang menempel di permukaannya. Meski sejauh ini aplikasinya sudah meluas di beberapa rumah sakit high-end di USA, Eropa, dan Australia, akan tetapi masih memakai tembaga berbentuk bulk pejal atau pelat,” terangnya saat membuka pemaparan di siaran MATCHA ROOM ke-29.
Bahkan, berdasarkan kumpulan riset-riset (review) yang dipublikasikan di Diagnostic Microbiology and Infectious Disease pada tahun 2020, tembaga telah digunakan sebagai set khusus di fasilitas-fasilitas kesehatan untuk mencegah risiko kontaminasi bakteri dan sebagai antivirus. Terlebih lagi, penambahan partikel nano pada matriks polimer komposit bisa juga menjadi bahan efektif antimicrobial. Tak hanya virus-virus yang sudah umum dikenal seperti influenza, tembaga juga diyakini bermanfaat untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Pembuktian kualitas CoFilm+
Dilansir dari laman web dari CoFilm+, inovasi ini sudah mengantongi beberapa sertifikat hasil uji dan surat izin dari pihak ketiga, diantaranya:
- Sertifikat Uji Antibakteri Gram Positif S. aureus dari Unit Layanan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
- Sertifikat Uji Antibakteri Gram Negatif E. coli dari Laboratorium Kimia Mikroorganisme, Departemen Kimia, FSAD, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
- Sertifikat Uji Antivirus SARS-CoV-2 dari Tropical Desease Diagnostic Center, Universitas Airlangga.
- Surat izin edar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bernomor FR.03.02/VA/07696/2021
“Jika perak powerful untuk merusak dinding sel dan mempengaruhi respirasi bakteri, sedangkan untuk tembaga ini berkaitan dengan pemutusan rantai RNA virus. Rencananya ke depan kami akan mencoba untuk membuat sinergi dari kedua bahan tersebut agar CoFilm+ bisa menjadi antivirus dan juga antibakteri,” papar Assoc. Prof. Dr. Agung Purniawan, S.T., M.Eng., Departemen Teknik Material dan Metalurgi, FTIRS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, sebagai pembimbing dari tim CoFilm+, saat sesi tanya jawab di siaran MATCHA ROOM ke-29.
Lebih lanjut tentang upaya mencegah Covid-19, menurut Wafi, 90% virus SARS-CoV-2 yang menempel pada permukaan antivirus CoFilm+ mati dalam waktu 10 menit. Sedangkan 99,9% virus akan mati dalam kurun waktu sekitar satu jam. Sebagai pembanding, virus yang menempel pada permukaan benda tanpa pelapis CoFilm+, akan bisa bertahan selama dua puluh empat jam. Lebih jauh lagi, CoFilm+ telah diaplikasikan di beberapa tempat umum dan fasilitas kesehatan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember maupun fasilitas milik Pemerintah Kota Surabaya. Yang tak kalah penting, inovasi CoFilm+ juga telah dipublikasikan menjadi artikel di Springer Nature Scientific Report yang terbit Maret 2022.
Siapa sangka logam tembaga yang selama ini kita kenal hanya sebagai penghantar listrik atau panas ternyata memiliki fungsi yang begitu strategis dalam men-tackle Covid-19. Tak hanya pada skala eksperimen saja, bahkan, melalui pengujian pihak ketiga pun sudah terbukti kualitasnya. Nah, wise reader sekalian tentunya semakin tertarik untuk belajar material dong ya? Yuk, mampir ke YouTube #KotakAjaib Channel, playlist Materials Chat Room, untuk memulai belajar bersama.