Dari Sains, Riset hingga R&D, Teknik Material Ada di Mana?

Sebagian masyarakat Indonesia masih banyak yang bertanya, “teknik material ini nanti apa kerjaannya jualan bahan bangunan?” atau “teknik metalurgi ini sama kaya yang mengurus ramalan cuaca apa gimana?” dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan awam serupa tentang bidang ilmu ini. Nah, sebenarnya keberadaan Teknik Material ini ada di mana sih? Lebih condong ke Sains kah? Engineering kah? Atau justru di semua bidang itu ada porsi khusus untuk Teknik Material?

“Kalau di TOR (term of reference) undangan dari Materials Chat Room ada istilah there is no engineering without materials, saya justru bisa mempertegas bahwa there is no universe without materials,” kata bapak Sigit Tri Wicaksono S.Si., M.Si., Ph.D., Kepala Departemen Teknik Material dan Metalurgi, FTIRS – ITS, sebagai pembuka siaran Materials Chat Room (MATCHA ROOM) sesi pertama.

Menurut beliau, dari bangun tidur sampai tidur kembali, semuanya yang kita lihat adalah berupa material. Bagaimana tidak, saat pertama kali membuka mata, mungkin yang pertama kita raih (bisa jadi) adalah kacamata. Alat bantu penglihatan ini terdiri atas kaca/polimer transparan dengan frame yang tak jarang adalah paduan logam ringan atau polimer. Setelah kacamata, kita meraih gelas untuk minum, kembali kita bertemu dengan gelas yang merupakan golongan silika atau keramik lainnya. Lalu bergeser ke handphone untuk mengecek notifikasi. Nah, tahukan teman-teman tentang pergeseran teknologi telepon genggam dari sudut pandang teknologi materialnya?

Salah satu scene saat pak Sigit Tri Wicaksono menjelaskan tentang perkembangan material yang ada dalam komponen smartphone

“Teknologi lain akan mengalami lompatan yang sangat cepat ketika teknologi material ini mengalami perkembangan yang luar biasa,” imbuh beliau.

Keberadaan kurva current technology dan emerging technology, dalam grafik perkembangan teknologi terhadap waktu, sudah sedemikian terdeviasi. Sehingga ada jarak yang berarti antara keduanya, yang membutuhkan revolusi inovasi. Pergeseran teknologi tersebut sudah bisa dipastikan akan berjalan lancar jika diisi dengan pengembangan materials science and engineering. Karena tanpa ada pengembangan teknologi material, teknologi akan berada pada titik jenuh dan cenderung stagnan.

Sebagai contoh sederhana, teknologi pengiriman makanan frozen yang dulu mungkin memanfaatkan kulkas dengan daya listrik yang sedemikian besar, saat ini para kurir ekspedisi sudah bisa memanfaatkan sebuah teknologi simple berupa kantong plastik berisi cairan khusus yang bisa bertahan dalam temperatur rendah selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Teknologi itu bernama phase change materials. Dilengkapi pula sebuah bahan polimer isolasi khusus serupa kain yang dilapiskan ke dalam kantong makanan, maka jadilah sebuah sistem pengantaran makanan frozen yang hemat daya dan biaya, tanpa kulkas yang harus dibawa ke mana-mana.

Contoh material sederhana untuk aplikasi pengantaran frozen food.

“Ilmu dan teknik material ini kalau kita gambarkan terdiri atas pola hubungan antara komposisi, nano/micro-structure, dan synthesis/processing, yang pada akhirnya membangun properties atau performances. Dan alasan utama mengapa Teknik Material ini harus muncul sebagai keilmuan tersendiri, ranah sains (kimia, fisika, biologi) ini sudah tidak menjangkau detail lebih lanjut dari properties/performance material,” terang bapak Dr. Arif Basuki, dosen senior dari Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Material, FTMD-ITB, di kesempatan siaran MATCHA ROOM sesi keempat.

Mengapa dikatakan tidak menjangkau lagi? Karena ketika ditanya tentang hal-hal aplikatif dari material Inconel, Nitinol, baja tahan karat, dll, orang-orang material lah yang mempelajari itu secara mendalam sejak awal. Meski dasar ilmunya yang dipakai jelas dari sains dan matematika, akan tetapi riset lanjutan dari ilmu bahan, hanya dipegang oleh materials scientist and engineer.

Pak Arif Basuki saat Menjelaskan Keunggulan Teknik Material pada poin-poin di Prioritas Riset Nasional Indonesia untuk 2020-2024

Beliau menambahkan bahwa Teknik Material itu bisa mengisi di segala lini. Entah itu di bidang pertahanan dan keamanan, produk rekayasa, transportasi, kesehatan, dll. Bahkan kalau untuk bidang kesenian, rekan-rekan pelaku seni jika membutuhkan material yang tidak biasa, additive manufacturing-nya Teknik Material bisa saja terlibat, entah lewat 3D printing, pengecoran, dll. Jadi jelas ya, dari lini sains dan riset, Teknik Material bisa terlibat di berbagai bidang yang sangat luas.

“Jika bertumpu pada industri asing, kita tidak bisa berharap mereka mengembangkan research and development (R&D) di Indonesia. Ini yang disayangkan, di perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia (yang induknya dari luar negeri), R&D material nyaris tidak tersentuh. Kalau ingin menerapkan ilmu Teknik Material Indonesia untuk R&D, bahkan sampai blueprint, ya menggandeng BUMN,” terang pak Arif Basuki.

Perlu diketahui, untuk saat ini, perusahaan yang memiliki R&D Material sendiri ada di bidang elektronika lokal, selain itu ada juga perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan dan keamanan, yang kebanyakan bekerja sama dengan TNI, contohnya saja PT. Pindad.

Nah, teman-teman sudah paham kan sekarang? Bahwa Teknik Material itu menempati posisi-posisi yang cukup strategis sejak di embrio sains, riset dan teknologi, hingga research and development, setidaknya dari hasil diskusi dengan bapak Arif Basuki dan bapak Sigit Tri Wicaksono. Semoga ulasan MATCHA ROOM yang disampaikan secara santai dan sederhana ini bisa memberikan gambaran cukup jelas tentang Teknik Material. Sampai jumpa di ulasan selanjutnya!

Keep simple and futuristic!

*Seluruh isi artikel ini disarikan dari diskusi daring Materials Chat Room (MATCHA ROOM) sesi ke-1 dan 4. Bagi yang ingin menyaksikan/mendengar diskusi lengkapnya silakan menuju MATCHA ROOM-1 dan MATCHA ROOM-4.

2 Responses