The Innovation Fund (IF) adalah sebuah program menarik yang menjadi bidikan bagi para pelaku industri Eropa demi mendapatkan suntikan dana untuk peningkatan skala. Bahkan IF digadang-gadang menjadi salah satu dari program terbesar di dunia. Terlebih jika mengacu pada proyek-proyek yang mengedepankan teknologi rendah karbon. Tujuan utamanya adalah mematuhi Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Bahkan European Investment Bank (EIB) telah mendeklarasikan diri untuk menggelontorkan dana sekitar €40 miliar untuk dukungan selama 2020-2030 (dengan acuan harga pasaran karbon €75/ton CO2).
The Innovation Fund (IF)

Wise-reader sekalian masih ingat dengan artikel sebelumnya tentang proposal proyek Horizon Europe dan penilaiannya? Nah, sesuai apa yang ada di dalam Epilog-nya, kali ini kita akan mengeksplorasi bentuk lain dari proyek besutan EC via CINEA. Namanya The Innovation Fund, atau biasa disebut singkatannya saja: IF.
Setelah implementasi proyek Horizon 2020/Horizon Europe (H2020/HEU), setidaknya sebelum ada program lanjutan lainnya, ada tahapan yang menarik bagi para pelaku industri. Biasanya proyek H2020/HEU itu hanya berhenti pada maksimum tingkat kesiapan teknologi (atau TRL) level-7. Baik itu H2020/HEU Research Innovation Action (RIA) maupun Innovation Action (IA), tak akan lebih dari TRL-5 hingga 7. Rutenya adalah perwujudan dari pengembangan skala laboratorium hingga menjadi proof-of-concept sampai ke pilot line manufacturing. Bagaimana dengan demonstrasi dan peningkatan skala?
Fase demonstrasi sebagai zona abu-abu
Jika beruntung, anggota konsorsium dalam proyek H2020/HEU akan bisa menunjukkan beyond pilot line. yang biasanya telah sampai di tahapan demonstrasi purwarupa. Akan tetapi, tak jarang proyek-proyek H2020 dan HEU akan tercekal oleh penilaian buruk pada Reporting Period (RP) pertama di bulan ke-1 sampai ke-18 (M1-M18) atau RP kedua di M19-M36. Yang apabila itu terjadi, artinya proyek harus berhenti di tengah jalan dan dana diputus. Hal itu bisa saja disebabkan karena implementasinya yang dianggap kurang serius, atau bahkan hingga tahapan ‘dianggap sebagai scam‘. Sehingga, bisa disimpulkan, proyek-proyek yang mampu melalui tahapan RP-1 dan bahkan RP-2, maka tingkat keseriusan implementasinya dianggap di atas rata-rata. Apalagi proyek yang mampu mendapatkan predikat satisfactory hingga RP-3 di M37-M48 (untuk proyek dengan durasi empat tahun), hal itu bisa dibilang luar biasa.
Nah, jika sedikit kurang beruntung, proyek-proyek H2020/HEU yang berhasil melewati RP-3 tetapi belum mampu menunjukkan ‘demonstrasi’ memiliki kesempatan untuk membangun jembatan lewat IF. Itulah mengapa, IF akan menjadi jembatan dari tahapan pilot line manufacturing menuju scaling up (TRL-8). Seperti yang ada pada skema yang ditunjukkan di gambar.
Topik pengembangan teknologi yang ditawarkan IF
Setidaknya ada lima cabang pengembangan teknologi yang bisa diajukan sebagai proposal program IF:
- Energy intensive industry yang terdiri atas sub-topik:
- Production of e-fuels,
- Production of green hydrogen,
- Production of methanol, dan
- Direct air capture with CO2 storage.
- Energy storage yang terdiri dari sub-topik:
- Manufacturing of components (stationary batteries) dan
- Storage of hydrogen.
- Renewable energy dengan sub-topik:
- Manufacturing of components (wind blades)
- Use of renewable energy
- Net-zero mobility and buildings terdiri atas:
- Maritime dan
- Aviation plus modal switch
- Battery (topik yang baru muncul spesifik di IF24), dengan fokusan battery cell with integrated CAM production.
Kriteria dan % funding
Proposal IF yang masuk akan diseleksi oleh CINEA dan auditor eksternal dengan berbagai kriteria. Sedikit lebih kompleks dibandingkan proposal proyek Horizon Europe. Kriteria yang dimaksud adalah (1) efektivitas pengurangan emisi greenhouse gas; (2) level inovasi yang ditawarkan atau novelty; (3) kematangan konsep dalam proposal; (4) kemungkinan untuk direplikasi di luar area implementasi proyek; (5) efisiensi pembiayaan; (6) potensi pengurangan jejak karbon dalam implementasinya; dan (7) hubungan dengan rantai pasok barang mentah untuk produksi, serta ketergantungan pada kebutuhan impor barang-barang dari luar Eropa.
Untuk funding, proyek-proyek yang lolos IF akan diberikan dukungan hingga 60% dari kebutuhan keseluruhan pembiayaan proyek. Hal tersebut didasarkan pada metodologi penghitungan yang secara spesifik akan tergantung topik-topik proposal yang diajukan. Funding akan dikeluarkan secara fleksibel sesuai dengan fase-fase yang diajukan di tiap proposal. Atau secara singkatnya, sesuai kebutuhan dari proyek yang diajukan. Tentunya dengan memperhatikan ketercapaian milestones dan deliverables sepanjang proyek berlangsung. Biasanya, hingga 40% dari pembiayaan dapat dikeluarkan oleh EC melalui CINEA sebagai prefinancing ketika proyek telah menunjukkan kesiapan sekitar 90% menuju implementasi dan 1 tahun sebelum fase ramp-up produksi.
Opsi jika lolos/tak lolos IF

Ada tiga pilihan yang bisa diharapkan ketika pengajuan proposal ke program IF:
- Lolos dan didanai.
- Hanya sebagian kriteria yang melampaui poin threshold dan masih membutuhkan pendampingan oleh EIB melalui Project Development Assistance sebelum proposal bisa diajukan kembali di tahun berikutnya.
- Sepenuhnya tidak lolos dan berkemungkinan mengajukan kembali di tahun berikutnya pasca memperbaiki proposal.
Jika kemungkinan pertama yang didapatkan, maka congratulations! Kalian dan perusahaan tempat kalian bernaung dapat mulai mempersiapkan untuk implementasi proposal yang telah disetujui oleh EC via CINEA.
Akan tetapi, jika kemungkinan kedua yang didapatkan, maka EC melalui CINEA akan mengirimkan surat tambahan. Selain detail penilaian proposal, akan diikuti juga dengan pernyataan khusus dari CINEA. Isinya kurang lebih menjelaskan bahwa untuk kriteria (1), (2), (5), (6), dan (7) telah memenuhi syarat, setidaknya berdasarkan detail perhitungan di dokumen. Akan tetapi, untuk kriteria (3) kematangan konsep dalam proposal dan (4) kemungkinan untuk direplikasi di luar area implementasi proyek, masih memerlukan peningkatan signifikan. Setidaknya ini pernyataan yang pernah didapatkan sesuai pengalaman penulis. Oleh karena itu, membutuhkan pendampingan tambahan dari EIB melalui Project Development Assistance (PDA). Program pendampingan PDA yang ditawarkan EC lewat CINEA, melalui perpanjangan tangan EIB akan berlangsung selama tiga sampai sembilan bulan.
Nah, jika kemungkinan ketiga (sepenuhnya tidak lolos) yang didapatkan, maka artinya nilai proposal yang diajukan tidak satu pun memenuhi poin threshold dalam 7 kriteria.
Epilog
Gimana? Menarik bukan? Buat para WNI yang bekerja di sekitaran Eropa dan Inggris Raya, serta eligible untuk ikut terlibat dalam pembuatan proposal, informasi ini mungkin penting dicermati. Untuk wise-reader lainnya, sebagai informasi umum boleh juga dipelajari kok. Apalagi untuk para pemegang kebijakan di Indonesia, sepertinya program-program semacam ini layak diadopsi. Tentu jika tujuannya adalah untuk mengakselerasi teknologi potensial dalam negeri agar bisa diimplementasikan sesegera mungkin. Dan pastinya demi Indonesia yang lebih berdikari teknologi lewat blueprint-blueprint yang dikembangkan di dalam negeri.





Leave a Reply