Pengetahuan Material dalam Kosmetik

Siapa sih yang nggak suka cuci muka? Kayanya bukan cuma wanita, pria pun juga suka merawat wajah. Nah, tahu dong arahnya ke mana. Kali ini kita akan sekilas bahas tentang kosmetik dari sudut pandang Kimia Material.

“Secara keseluruhan, detail tentang nanopartikel itu belum diatur di Indonesia. Akan tetapi untuk material-material tertentu, ada ketentuan yang menyebutkan tentang persyaratan-persyaratan nanomaterial yang boleh digunakan dalam kosmetik, seperti titanium dioxide, CI-77266 (pewarna hitam, carbon black), dll,” ungkap Purwita Rahma Rosalia, Head of R&D Raw Material, PT. Paragon Technology and Innovation (PTI), saat ditanya tentang nanomaterial dalam pembuatan kosmetik.

Lebih lanjut, Wita, sapaan akrab Purwita Rahma Rosalia, menyebutkan juga tentang syarat-syarat tersebut. Pada bahan-bahan nanomaterial yang tercantum ke dalam INCI (the International Nomenclature of Cosmetic Ingredients), diterjemahkan oleh aturan di Indonesia menjadi beberapa persyaratan. Pada bahan-bahan di atas, boleh berbentuk nanomaterial dengan memenuhi kemurnian tertentu, minim kadar cemaran logam berat, dsb. Akan tetapi PTI lebih sering menggunakan bahan-bahan dengan ukuran yang lebih besar, karena dinilai lebih mudah untuk dikontrol keamanannya.

Tentang keamanan, standar operasional prosedur PTI dalam mengelola bahan dasar pembuatan kosmetik selalu diawali dengan pengecekan di daftar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Mengacu pada regulasi BPOM No. 23 Tahun 2019, terkait bahan-bahan yang dibatasi, UV Filter, pengawet, dan pewarna. Dalam aturan tersebut diatur tentang persyaratan maksimal dosis, kontra indikasi jika digunakan pada bagian kulit tertentu, dan lain sebagainya.

Pigment Price Carbon Black Powder N220 Ci 77266 - Buy Carbon Black  N220,Carbon Black Pigment Ci 77266,Price Carbon Black Powder Product on  Alibaba.com
Salah satu contoh material pewarna yang diatur oleh pemerintah Indonesia, CI-77266

Jika ditanya tentang ilmu-ilmu dasar apa saja yang diperlukan dalam melakukan praktik produksi maupun research and development (R&D) kosmetik, jawabannya beragam. Karena dalam produksi kosmetik ada ilmu-ilmu kimia, material, farmasi, dll. Dari ilmu-ilmu dasar tersebut, nantinya akan disatukan dalam aplikasi yang cukup multidisiplin. Sebagai contoh, dalam pembuatan kosmetik terdapat proses mencampurkan bahan-bahan kimia dalam fase-fase tertentu. Seperti bahan water-based sudah seharusnya dicampurkan dengan menggunakan air. Jika ingin mendapatkan kestabilan campuran tersebut ada juga penambahan-penambahan bahan khusus semacam pengikat (binder). Atau jika harus menggabungkan dua jenis cairan, bisa ditambahkan emulsifier, dan masih banyak lagi.

Dalam sesi diskusi MATCHA ROOM-6, Wita menjelaskan tentang mata kuliah yang paling bisa diaplikasikan untuk pekerjaannya. “Menurut saya, mata kuliah Kimia Bahan Alam (membahas zat-zat kimia yang dikandung oleh bahan alam), Anatomi & Fisiologi Tubuh, Farmasi Fisik (membahas sifat fisika bahan), dan Formulasi (melakukan sintesis bahan),” ujarnya. Bahkan Wita menambahkan, orang-orang yang tidak memiliki latar belakang bidang-bidang yang punya mata kuliah tersebut, tak perlu berkecil hati. Karena yang terpenting adalah menguasai keilmuan yang saat ini digeluti dan keinginan untuk terus belajar. Seperti yang kita tahu, ilmu itu berkembang, dan di masa yang akan datang yang terpenting adalah kolaborasi.

pink and brown makeup brush set
Konsumsi industri kosmetik Indonesia belum diimbangi dengan keberadaan produsen bahan baku.

Saat menjawab pertanyaan tentang bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kosmetik, jawaban Wita cukup mengejutkan. “Kalau dipersentase ada 80 % bahan impor dan 20 % lokal. Hal tersebut bukan karena bahan lokal kualitasnya kurang baik, tapi karena masih jarang sekali produsen untuk bahan baku kosmetik di dalam negeri. Bahkan untuk bahan baku karbon pun masih impor.” terangnya.

Kebanyakan “klaim” terhadap produsen dalam negeri pun biasanya hanya sebatas keberadaannya di Indonesia. Sedangkan kepemilikan perusahaan sebenarnya adalah negara lain. Untuk yang perusahaan asli Indonesia itu masih sangat minim. Bisa jadi, jika para technopreneur tanah air ingin melakukan inovasi produksi bahan baku kosmetik dan mendirikan pabrik, akan sangat menjanjikan.

Nah, sudah pada paham kan gambarannya? Bahwa di dalam industri kosmetik pun tetap membutuhkan insight dan pemahaman material di dalamnya. Dan bahkan di masa depan bisa jadi produsen kosmetik sangat bergantung dengan keilmuan material/metalurgi demi memenuhi kebutuhan bahan baku dalam negeri. Yuk, jangan berhenti berkreasi dan berinovasi!

*keseluruhan isi artikel ini disarikan dari diskusi daring Materials Chat Room (MATCHA ROOM) ke-6 yang dapat disaksikan lagi di tautan ini.

2 Responses

  1. Nurullita Haq

    Topik yang menarik, tulisannya bagus pula. Ayo ndang balik Indonesia, bikin pabrik material untuk kosmetik biar nggak impor. Kedepan nanti, make up, skincare, hal-hal yang berhubungan dgn kecantikan adalah industri yang peluangnya besar karena marketnya luas dan permintaan tinggi huehehehe

    • Ozha Hernandha

      Wah, sampe ke sini juga kamu Haq. Thank you atas apresiasinya ya. Hehehe, inshaAllah ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *