Pertanyaan tentang pesawat terbang semacam ini sepertinya bisa dibilang cukup retoris ya. Karena pada dasarnya untuk setiap aktivitas yang berbau engineering akan selalu bersinggungan dengan material/metalurgi. Bahkan di luar engineering pun semuanya membutuhkan peran material.
Tahun ini Indonesia dikagetkan dengan sebuah fakta bahwa maskapai penerbangan kebanggaannya harus tersandung beberapa masalah. Terutama dari segi manajemen dan keuangannya, yang tentu berimbas pada kesehatan perusahaan. Tak usah ditanya tentang dampak lebih jauhnya, biar lot-lot saham receh milik penulis saja yang jadi saksi. Tapi, kali ini kita nggak akan lebih jauh membahas itu, biar yang berkepentingan dan berwenang saja yang mengurusnya.
Masih berhubungan dengan pesawat terbang, burung besi ini sepertinya menarik untuk dibahas dari sisi maintenance-nya. Apalagi jika pembahasannya bersinggungan dengan bidang ilmu tua tapi futuristik semacam Material dan Metalurgi.
Bisa dilihat bahwa perkembangan bidang aviasi begitu pesat. Sejak pertengahan tahun 1970an yang didominasi dengan bahan-bahan logam, hingga di era saat ini yang hampir keseluruhannya diisi dengan material paduan dan komposit. Gambar di atas menunjukkan ilustrasi perkembangan teknologi bahan dari dua raksasa perusahaan pesawat terbang, Boeing dan Airbus.
“Pesawat itu mirip seperti mobil yang harus dicek dan dirawat secara berkala. Untuk pesawat, acuannya adalah flight cycle dan flight hour. Dan tipe pengecekannya ada dua, light check dan heavy check maintenance. Di luar itu ada perawatan yang bersifat kondisional,” terang Yoshua, Aircraft Structure Engineer GMF AeroAsia.
Pengecekan dan perawatan mesin pesawat, selain yang berurusan dengan badan/struktur, sudah pasti jantungnya pun juga harus diperhatikan. Gambar di atas menunjukkan beberapa bahan-bahan penyusun mesin pesawat. Di dalamnya ada paduan Ti, Al, Fe-C (baja), Ni, pun juga komposit.
Menurut M. Zaki, Engine Parts Repair Engineer GMF AeroAsia, “mayoritas penyusun mesin pesawat itu metal (logam) dan material-material turunan logam (paduan) lainnya. Mengapa logam? Karena logam dan paduan super (super-alloy) memiliki ketahanan terhadap temperatur sangat tinggi, abrasif, dan tantangan-tantangan lain yang ada di pesawat.”
Lebih lanjut lagi, keberadaan body dan engine pesawat ini harus saling mengisi dan berada di dalam titik kesetimbangannya. Jangan sampai, body sudah ringan dan siap terbang, tapi ternyata bahan untuk mesin malah jadi pemberat, yang justru akan membuat konsumsi bahan bakar tinggi. Jadi, pemilihan material dalam mesin pesawat pun diupayakan yang ringan tapi memiliki keuntungan-keuntungan tertentu.
Banyaknya material-material dengan sifat unik di pesawat membutuhkan pengetahuan dan kemampuan spesifik dari para engineer teknik material/metalurgi. Materi-materi dasar seperti sifat mekanik material, ilmu logam (metalurgi), teknik las (welding), perlakuan panas (heat treatment), karakterisasi material, non-destructive test, pelapisan dan cat (coating-painting), pengetahuan tentang paduan logam, advanced metal, komposit, dan masih banyak lagi. Bahkan di era saat ini, keilmuan material mutlak diperlukan dalam pembuatan komponen-komponen elektronik dan energy storage bagian-bagian dalam pesawat.
Di dunia aviasi dan aerospace banyak melibatkan praktisi-praktisi dan expert bidang material/metalurgi. Baik pembuatannya, hingga perawatan komponen-komponen body dan mesinnya. Oleh karena itu, penting untuk kita memahami keilmuan material/metalurgi ini secara umum. Agar di masa depan, masyarakat Indonesia, anak cucu kita, semakin melek dengan teknologi-teknologi masa depan. Karena tak akan pernah ada kemajuan peradaban tanpa awalan perkembangan material.
Nah, jadi makin tahu tentang peran material di berbagai bidang kan? Yuk jangan lupa stay tune terus di siaran-siaran Materials Chat Room ya! Tenang, untuk jadi MATCHA-ROOMers gratis kok…
Leave a Reply