Industri kemasan (packaging) menjadi salah satu bidang yang sangat penting untuk dieksplorasi. Tak banyak yang mengenal secara spesifik, bahwa industri ini sangat berkaitan dengan teknik material. Ada kardus, plastik, logam, gelas, komposit, bahkan hingga polimer unik semacam karet silikon (silicone), semua material tersebut umum digunakan. Siapa yang mempelajari keilmuan untuk membuat bahan-bahan tersebut? Tentu saja para materials scientist atau metallurgist.
Fungsi dasar kemasan
Penjelasan tentang hal tersebut di MATCHA ROOM® sesi ke-44 dimulai dengan pemahaman dasar apa fungsi dari kemasan. Menurut Falikul Isbah Batubara, Technical Service & Development Leader di PT. Dow Indonesia, setidaknya ada empat fungsi dasar. Diantaranya ada perlindungan (protection), penahan (containment), fungsional (facilitate handling), dan komunikasi kepada konsumen/calon konsumen (communication). Maksudnya, protection memberikan perlindungan primer untuk sebuah produk. Jika tak ada bagian ini, maka fungsi-fungsi lain bisa jadi tak berguna. Di sini kemasan memiliki fungsi untuk melindungi produk dari pengaruh fisika, kimia, maupun biologis dari luar, serta menjaga produk agar awet.
Untuk containment ini lebih ke upaya lanjutan untuk mencegah kemasan primer rusak saat pendistribusian. Sedangkan facilitate handling ini memiliki makna bahwa sebuah kemasan juga akan lebih baik jika fungsional, mudah dibuka, tidak ada sisa yang tak terpakai saat habis, dll. Untuk yang terakhir, lebih ke arah pemberian label merek, informasi penting terhadap isi produk, izin edar, serta pemenuhan estetika pemasaran dan brand awareness.
Dua jenis utama kemasan
“Ada dua jenis kemasan, rigid dan flexible. Bedanya apa sih? Rigid packaging sifatnya kaku, jenis yang tidak mudah dideformasi, kokoh, punya modulus/stiffness yang tinggi, barrier properties yang bagus, tahan panas, dan tahan benturan,” terang Falikul. Material rigid yang sering dijumpai ada kaleng, gelas, dan plastik (polymer). Sedangkan untuk flexible packaging adalah jenis kemasan yang paling banyak digunakan saat ini. Kemasan yang bisa dikategorikan fleksibel adalah yang tebalnya kurang dari 250 mikrometer. Alasan jenis ini banyak digunakan adalah mudah dicetak, ringan, bisa mengikuti kontur produk di dalamnya, akan tetapi masih memiliki sifat pelindung.
Oh iya, kemasan kaku (rigid) ternyata salah satunya diaplikasikan untuk produk-produk kosmetik lho. Dominasi dari bahannya yaitu polymer jenis resin dan kaca (glass). Akan tetapi, menurut Roelly Mardianto, Packaging Development Manager di PT. Paragon Technology and Innovation, produk berbahan resin memiliki kekurangan, terutama ketika ditinjau dari sudut pandang recyclability. Hal tersebut membuat industri kemasan, maupun lebih spesifik kemasan kosmetik harus lebih concern dalam membuat formulasi material pengganti yang lebih ramah lingkungan.
“Juga harus mendesain sistem daur ulang sampah yang bersifat lebih circular,” imbuh Roelly saat berdiskusi di Materials Chat Room.
Dasar teknik material yang terlibat
Menariknya, di dalam industri ini tentu saja banyak sekali dasar-dasar ilmu material yang bisa dikaji. Diantaranya adalah:
- Materials shape and design
- Pemilihan material (materials selection)
- Karakterisasi material
- Pengujian perilaku mekanik material berdasarkan standar internasional
- Metalurgi
- Polimer dan komposit
- Keramik dan gelas
- Manufaktur material, dll.
Wah, banyak sekali ya? Jadi gimana nih wise reader sekalian, topik mana aja nih yang sudah kalian pahami? Yuk, belajar bersama-sama! Jangan lupa untuk stay tune di MATCHA ROOM® sesi-sesi selanjutnya ya.
Leave a Reply