Keamanan bertransaksi menjadi hal krusial di era digital seperti sekarang. Pernahkah kalian mendengar istilah scam atau phising? Dua istilah tersebut adalah hal-hal berhubungan yang sering diidentikkan dengan penipuan. Tak hanya di satu belahan bumi saja, aktivitas scamming oleh para scammer terjadi di mana saja. Terlebih di Eropa, perlu ada upaya preventif untuk orang asing yang ingin beraktivitas dengan tenang ketika melibatkan aliran keuangan atau perbankan.
SCAM mengincar siapapun
SCAM yang dalam bahasa Indonesia lebih sering diidentikkan dengan penipuan, adalah sebuah istilah kriminal yang sering ditemui oleh pelaku aktivitas digital. Biasanya scammer mengincar ketidak tahuan serta kelengahan dari para korbannya. Setidaknya ada beberapa jenis SCAM yang sering digunakan sebagai pola oleh para scammers.
- SCAM menggunakan surat elektronik palsu (biasanya ditandai dengan alamat e-mail yang seolah meyakinkan tapi domainnya tidak, contohnya kemendikbudristekri@yahoo.com, departmentofdefenseusa@rocketmail.com, dan masih banyak lagi).
- Pencurian data (phising) lewat sifat impulsif (biasanya lebih sering dengan media e-mail, hanya saja memanfaatkan sifat impusif manusia dengan subyek bombastis seperti “milyarder Afrika Selatan sedang sakit, butuh transfer dana segera!” yang ujungnya meminta calon korban mengisi data sensitif).
- Telepon dari pihak bank/customer service/dll., padahal bukan.
- Penipuan menang undian atau hadiah ucapan selamat (bisa via tautan mencurigakan yang dikirim ke e-mail, WhatsApp, Telegram, dll.)
- Pesan ancaman, kabar keluarga kecelakaan, penculikan palsu, dan pemerasan.
- SCAM lewat awalan hubungan romantis (biasanya pacar yang pinjam seratus, tapi terus menerus, hehe).
- SCAM ala multilevel marketing (MLM) dengan iming-iming kapal pesiar, mobil mewah, dll.
Dan masih banyak lagi metode yang mengancam keamanan lainnya. Termasuk di dalamnya e-commerce melalui media sosial, seperti marketplace yang sering digunakan oleh konsumen kebanyakan.
Pengalaman dari Taiwan ke Belgia
Menjadi perantau, atau lebih keren disebut diaspora Indonesia di luar negeri, tentunya banyak memberikan pengalaman berharga. Salah satunya tentang dunia per-SCAM-an. Selama tujuh tahun (2016-2023) hidup merantau di Taiwan, setidaknya hanya ada dua aktivitas “hampir” menjadi korban SCAM. Pengalaman pertama saat masih menjadi makelar jual-beli sepeda di area Zhongli, Taoyuan. Biasanya pembeli ini berasal dari luar circle mahasiswa Indonesia. Ada yang sudah tanya-tanya, minta ketemu, ketika sudah didatangi untuk cash on delivery (COD), sepeda dipegang dan berusaha dibawa kabur tanpa memberi uang terlebih dahulu. Kalau di posisi ini tentunya kekuatan fisik dan kesiapan mental yang harus diasah. Pengalaman lain, yaitu telepon SCAM untuk transfer sejumlah uang untuk asuransi atau penawaran produk tertentu. Sisanya, aman-aman saja.
Begitupun di Belgia, beberapa ciri SCAM masih serupa dengan di Taiwan. Seringnya via telepon “tanpa identitas” yang mengaku sebagai customer service. Mudahnya, untuk tipe ini mereka biasanya menggunakan data acak. Jadi ketika pelayanan yang ditawarkan bukan berasal dari asuransi/bank/klub yang kita tidak ikuti, akan mudah menolaknya. Selanjutnya, SCAM yang sering terjadi berasal dari marketplace. Untuk Amazon, IKEA, atau berbagai aplikasi dengan pembayaran “resmi”, biasanya tak masalah, yang menjadi masalah adalah Facebook Marketplace, karena pembayarannya biasanya via rekening perorangan, apalagi ketika barangnya secondhand.
Setelah kesekian kalinya bertransaksi via marketplace, baru awal Juli 2024 aku mendapatkan pengalaman berhadapan langsung dengan scammer. Untungnya logika masih berjalan ketika yang diincar adalah sisi impulsif dari calon korban (yang tak lain adalah aku). Nominal yang ditransfer mungkin tak begitu besar, hanya 300 EUR untuk harga barang “ghaib” tersebut, serta 60 EUR untuk ongkos kirim. Dengan resi yang sangat meyakinkan dan tercetak rapi, tidak terlihat kalau diedit. Tapi ketika cerita karangan scammer ini mulai nampak tak masuk akal, di situ alarm bahaya berbunyi. Long story short, aku akan membagikan cara agar uang yang terlanjut ditransfer bisa kembali hampir utuh.
Upaya preventif dan usaha pasca kejadian
Tak perlu berbasa-basi, berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Preventif: upayakan untuk mengambil paket pelayanan perbankan yang memberikan jaminan keamanan siber untuk terhindar dari berbagai ancaman. Untuk KBC Bank, mereka memiliki asuransi bernama cybersecure insurance. Bayar sedikit (sekitar 10 EUR per bulan) asal uang kita aman sepertinya bukan hal yang berlebihan bukan? Sepertinya bank-bank lain akan memiliki layanan sejenis dengan nama berbeda. Silakan riset dulu sebelum memilih bank!
- Saat penipuan sudah terjadi, sekarang saatnya bertindak. Hal pertama yang harus dilakukan jika penipuan dilakukan via marketplace, jangan pernah lupa screenshot seluruh percakapan dan kumpulkan jadi satu file Word/PDF. Tangkapan layar ini akan berguna untuk laporan ke polisi dan badan perlindungan konsumen Belgia.
- Jangan lupa print juga bukti transfer pembayaran, baik itu untuk nominal harga maupun biaya kirim.
- Kunjungi laman web untuk pelaporan (Meldpunt) perlindungan konsumen: Report (belgie.be), lalu klik New Complaint dan ikuti prosedurnya, isi datanya, sampai muncul konfirmasi penerimaan laporan lewat e-mail berupa dokumen PDF. Jangan lupa print juga ya!
- Pergi ke laman web polisi lokal di area gementee anda tinggal, buat laporan online dan booking waktu untuk pelaporan langsung. Untuk di area Ninove, laman web ini Home | Local Police Ninove (politie.be) akan sangat membantu, klik Appoint Agenda, dan isi data diri dan keluhan, disertai deskripsi singkat dan unggah bukti. Selanjutnya anda hanya perlu menunggu waktu yang sudah di-booking. Untuk gementee lain bisa dipastikan laman web serupa pasti juga ada. Silakan dicari sendiri ya!
- Datang ke kantor polisi saat jadwal booking anda tiba sambil membawa print bukti-bukti. Jelaskan kejadiannya sedetail mungkin. Polisi akan meminta anda menunjukkan kartu identitas Belgian ID untuk digunakan perekaman laporan.
- Tak sampai 20 menit surat laporan anda sudah terkirim ke e-mail.
- Selanjutnya hubungi bank via e-mail, laporkan secara detail, sambil melampirkan dokumen PDF bukti transaksi, laporan ke sistem Meldpunt, dan laporan ke kepolisian.
Hasilnya?
Kalau untuk KBC Bank, mereka punya divisi khusus yang namanya KBC Secure4u (+32 16 432 000, secure4u@kbc.be), mereka akan menghubungi kita, menanyakan kelengkapan laporan kita dan ekspektasi kita tentang kasus tersebut. Kemarin aku meminta pihak KBC Secure4u untuk menghubungi akun bank scammer-nya untuk diblokir. Ditambah lagi, aku juga request, jika memungkinkan, harapannya uangku dikembalikan. Tak berapa lama pasca pelaporan via e-mail, dan ditelepon pihak bank, ada konfirmasi bahwa kasus kita sedang diinvestigasi oleh tim mereka.
Dan voila! Setelah 5 hari, uangku ditransfer balik ke dalam rekening sebesar 324 EUR. Hanya berkurang 10% dari 360 EUR yang hilang, untuk biaya investigasi mereka. That’s better than nothing, kan? Oh iya, dari mulai pelaporan ke sistem Meldpunt dan kepolisian hingga uang ditransfer kembali oleh KBC Secure4u, sesuai pengalaman, akan memakan waktu setidaknya 21 hari.
Epilog
Nah, sudah tahu kan seberapa pentingnya punya asuransi keamanan siber untuk rekening bank di Belgia? Intinya, apapun banknya, jangan lupa untuk melindungi rekening kalian! Karena asuransi adalah pintu darurat penjaga keamanan terbaik untuk kejadian semacam ini.
Stay safe, everyone!
Leave a Reply