Taiwan, Republic of China (R.O.C.), atau yang lebih kita kenal dengan nama Chinese Taipei di tiap pagelaran olahraga internasional, adalah sebuah entitas politik yang secara de jure masih menjadi bagian dari Tiongkok lewat pemberlakuan One China Policy-nya. Didukung dengan letak geografisnya yang terpisah dari Republik Rakyat Tiongkok, berada pada satu pulau tersendiri di wilayah tenggara Negeri Tirai Bambu. Sehingga realitanya, di Taiwan mereka memiliki pemerintahan berpaham demokrasi yang lengkap dari mulai presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri sebagai pembantu presiden dalam menjalankan teknis pemerintahannya, serta organ-organ legislatif dan yudikatif yang mengontrol dan menjadi penyeimbang organ eksekutifnya. Terlebih, selama ini Taiwan juga memiliki wewenang untuk mengatur segala aktivitas internal mereka sendiri, baik dalam hal penegakan hukum, politik, pengembangan ekonomi, bisnis, pendidikan, teknologi, budaya, dan lain sebagainya. Jadi, bisa dibilang, secara de facto Taiwan boleh dikategorikan sebagai sebuah negara, meski belum sepenuhnya berdaulat dan mendapatkan pengakuan negara lain secara menyeluruh.
Selama kurang lebih hampir empat tahun berada di Taiwan (2016-2020), saya telah banyak sekali merasakan dan menyaksikan berbagai hal menarik dari entitas politik kecil ini. Dari mulai fasilitas kesehatan melalui sistem National Health Insurance (NHI) dengan prinsip kesetaraan subsidi silang yang mereka miliki, berbagai kemudahan administrasi yang mereka terapkan di tiap-tiap urusan kependudukan, perbankan, hingga pendidikan, serta kecanggihan teknologi yang selalu mewarnai tiap-tiap kehidupan warganya, termasuk bagi para ekspatriat atau foreigner seperti saya. Oleh karenanya, ada baiknya jika Indonesia, si raksasa Asia yang mungkin hingga detik ini masih tertidur, bisa mencoba membuka matanya sedikit demi sedikit–tak perlu sampai bangun pun tak mengapa–untuk sekilas saja melirik sejauh apa Taiwan bisa memberikan kemudahan dan kesejahteraan melalui kehadiran dan peran teknologi dalam setiap nafas kehidupan masyarakatnya, baik yang berdomisili di kota sampai pelosok desa dan pegunungan. Lalu, apa saja memang kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh Taiwan untuk masyarakatnya? Yuk, kita ulas satu per satu.
- Jaringan Internet Nirkabel Tanpa Putus di Manapun Berada.
Salah satu fasilitas paling standar di Taiwan adalah keberadaan jaringan internet nirkabelnya yang telah mampu menjangkau hampir keseluruhan wilayahnya, termasuk di area paling terpencil sekalipun. Pilihannya ada dua, jaringan internet nirkabel milik sekolah/lembaga-lembaga pemerintahan atau jaringan internet nirkabel yang ditawarkan oleh berbagai provider operator seluler. Bahkan di tiap titik stasiun kereta, terminal bus, pusat perbelanjaan, area wisata, pasar, di dalam bus antarkota, kereta cepat, hingga kereta super cepat (Taiwan High Speed Rail/THSR), dan masih banyak lagi lokasi-lokasi yang semuanya dilengkapi dengan akses internet berkecepatan tinggi dan tentunya gratis. Itu untuk jaringan internet nirkabel milik sekolah/lembaga-lembaga pemerintahan, untuk jaringan internet nirkabel yang ditawarkan oleh berbagai provider operator seluler tentunya tidak gratis, ada beberapa paket biaya yang harus dibayar untuk kompensasi akses internet kencang yang mereka tawarkan, bahkan untuk pulau-pulau kecil terluar Taiwan, termasuk area-area mendekati puncak gunung-gunung dan pedalaman hutan Taiwan sekalipun. Bahkan di tahun 2020 ini, melalui pengumuman resmi Radio Taiwan Internasional, Taiwan telah menerapkan upgrade jaringan 5G di beberapa area publik.
- Segalanya Daring! Hal-hal Berbau Luring Hanya sebagai Pelengkap.
Pemesanan antrean periksa di dokter, melakukan booking alat-alat pengujian canggih untuk penelitian, pemesanan tiket bus, kereta, hotel, makanan, dan masih banyak lagi. Setidaknya itu adalah fasilitas paling standar kedua setelah keberadaan internet. Karena jaringan internet sudah bukan lagi masalah, oleh karenanya, kecanggihan kedua lahir. Selama berkuliah di dua kampus berbeda di kota yang berbeda pula sejak 2016, saya telah merasakan kemudahan yang sangat luar biasa dalam hal mengurus administrasi universitas. Sejak pendaftaran, pengumpulan berkas, hingga pembayaran uang sekolah, semuanya dilakukan tanpa ada tatap muka dengan admin atau bidang Tata Usaha kampus. Menariknya lagi, pembayaran uang sekolah di seluruh kampus di seantero Taiwan bisa melalui opsi transfer via teller bank dan ATM, atau melalui kasir convenient store (Family Mart, Seven Eleven, OK Mart, Hi Life, dll). Caranya cukup dengan mencetak form dari laman web kampus yang berisi beberapa barcode/QRcode yang bisa dibaca melalui alat pengecekan harga di kasir. Begitu pula dengan pengurusan dokumen izin tinggal. Sejak awal tahun 2019, Taiwan telah memberlakukan pengurusan Alien Resident Certificate (ARC, kartu izin tinggal di Taiwan bagi WN asing) melalui daring, yang secara otomatis memangkas waktu pengurusan luring yang biasanya dua pekan, menjadi hanya sekitar sepuluh hari. Selain ARC, mengurus NHI, maupun kartu izin kerja (working permit), juga perizinan untuk naik gunung (hiking) pun juga cukup membuka laman web dari lembaga yang memiliki otoritas untuk pengurusan masing-masing dokumen, isi data diri, unggah dokumen berformat gambar ataupun pdf, dan langkah terakhir adalah submit dan mencetak tanda bukti. Dalam hitungan menit, semuanya selesai, dan untuk pengambilan dokumennya pun kita bisa meminta untuk dikirim ke alamat kita atau diambil sendiri. Meski begitu, bukan berarti Taiwan menghilangkan keseluruhan pelayanan luring, melalui metode tatap muka dengan admin. Bagi WN asing ataupun lansia yang tidak terbiasa dengan layanan daring, maka metode luring masih bisa dimanfaatkan.
Biarpun segalanya daring, kita tak perlu khawatir dengan keamanan data kita di Taiwan. Karena Taiwan memiliki sistem keamanan siber yang cukup mumpuni, dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia. Apalagi, dalam melindungi data-data warganya, baik data kependudukan, keuangan, transaksi perbankan, dll, Taiwan menerapkan sistem satu pintu melalui Kantor Koordinasi Perlindungan Data Pribadi, di bawah naungan Taiwan National Development Council, yang telah resmi beroperasi sejak 4 Juli 2018 sebagai respon atas Peraturan Perlindungan Data Umum (General Data Protection Regulation) yang diberlakukan oleh Uni Eropa pada bulan Mei di tahun yang sama.
- Metode Pembayaran Tunai Menjadi Pilihan Sampingan.
Seperti beberapa negara-negara penganut cashless lain di Asia, Taiwan juga memiliki fasilitas serupa. Kami lebih familiar menyebutnya Yoyo card (atau bibip, menirukan suara yang keluar setiap kali kami melakukan tap) entah apapun penyedia layanannya, baik EasyCard, iPass, atau yang lainnya. Di Taiwan Yoyo card menjadi metode pembayaran utama, terutama untuk urusan naik transportasi umum, membayar dokter di klinik, membayar obat di apotek, membayar biaya legalisir ijazah/transkrip kampus, masuk tempat wisata, berbelanja di convenient store, ataupun jajan di kedai-kedai pinggir jalan. Menariknya, seluruh student ID card kampus di seantero Taiwan, juga kartu tanda pengenal di beberapa perusahaan, langsung terhubung dengan fasilitas ini. Selain sebagai kartu tanda pengenal, kartu yang kami miliki secara otomatis menjadi bibip card yang akan mempermudah kami dalam mendapatkan diskon-diskon khusus mahasiswa. Tak peduli S1, S2, maupun S3, selama kami masih terdaftar sebagai mahasiswa di kampus-kampus di Taiwan, maka student ID card akan terdeteksi masuk ke dalam klasifikasi student cost, yang tentunya akan mendapatkan diskon di berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah Taiwan. Selain student ID card, bibip card regular juga bisa dibeli di berbagai tempat. Top up-nya cukup mudah kok, hanya perlu menyetorkan uang tunai kita melalui peron-peron stasiun kereta, terminal bus, atau seluruh convenient store di seluruh Taiwan, untuk selanjutnya ditukarkan menjadi kuota bibip card kita. Meski tetap saja, Taiwan tidak menghilangkan metode pembayaran tunai, apalagi kalau kita berbelanja ke pasar tradisional kota atau pasar ikan di tepi pantai.
Saya rasa tiga contoh pelayanan masyarakat berbasis daring di Taiwan ini pun sebenarnya telah siap, atau bahkan telah mulai diterapkan di Indonesia. Mengingat lima tahun terakhir ini penggunaan layanan daring di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, bahkan jika dibandingkan negara-negara lain di Asia. Tinggal mau atau tidaknya pemerintah untuk melakukan sinergi antarlembaga negara, sehingga dapat menelurkan kebijakan pelayanan-pelayanan berbasis daring yang powerful dan dapat bermanfaat secara optimal bagi kemasalahatan masyarakat Indonesia, baik WNI maupun foreigner.
2 Responses