Insight Material di Balik Manufaktur Kendaraan Bermotor

Saat membaca berita-berita di kanal daring Indonesia akhir-akhir ini sepertinya cukup banyak kabar tentang dunia otomotif (kendaraan bermotor) yang berseliweran. Baik dari segi manufaktur kendaraannya, segi penggeraknya (mesin konvensional atau elektrik), segi kondisi ekspor-impornya, dan masih banyak lagi. Tapi tahukah kalian jika selain teknik mesin dan elektro, teknik material juga menjadi ujung tombak dalam pengembangan manufaktur kendaraan bermotor?

Material awal pada kendaraan bermotor (sepeda motor)

Ilustrasi spare parts kendaraan bermotor | Source: PNGEgg

Sejak awal pembuatannya, kendaraan bermotor diinisiasi untuk mempermudah pekerjaan manusia. Setelah era sepeda angin berkembang pesat, dan akhirnya manusia membutuhkan hal yang lebih canggih untuk menopang aktivitas. Dilansir dari Britannica, desain komersial pertama untuk sepeda motor adalah berupa motor roda tiga yang dikembangkan oleh Edward Butler di Inggis pada tahun 1884. Ditenagai dengan mesin berbahan bakar fosil yang diletakkan di antara dua roda depan, dan dihubungkan dengan rantai ke roda belakang. Dan ketika digali lebih jauh, bahan-bahan utama yang digunakan untuk membuat sepeda motor pertama kali, tidak jauh berbeda dengan sepeda angin pada saat itu. Sumber berbeda (The Motorcycle Industry in New York State) menuliskan bahwa The Buffalo and Erie County Historical Society telah berhasil menghimpun sebanyak enam lembar dari gambar teknik yang dibuat pada Juni dan Juli 1894, dengan label “Hopkins Cycle Motor” dan “Columbia 91 Model”. Pada gambar tersebut terdapat catatan tentang dimensi dan juga bagian-bagian mesin, serta bahan yang digunakan, yaitu material baja & besi tempa, serta paduan perunggu-fosfor untuk bahan bantalannya (bearings).

Kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (BBM)

“Manufaktur kendaraan bermotor terdiri dari bahan-bahan logam (pengecoran paduan Al), polimer (untuk body, spakbor, visor, dll), silika (untuk cermin di spion), bahkan sampai baterai konvensional lead-acid battery (paduan timbal, sedangkan electrolitnya menggunakan asam sulfat),” terang I Made Binar Andromeda, ex-Section Head Process Engineering Material Development, Astra Otoparts, Tbk. (ASTRA) divisi NusaMetal (Source: Siaran MATCHA ROOM ke-5).

Pada dasarnya, material-material yang diproduksi oleh ASTRA harus menyesuaikan dari konsumen. Sebagai contoh, jika untuk pembuatan komponen dengan metode high-presure die casting memiliki kode ADC12, yang artinya aluminum die casting dengan Si 12 wt%, atau secara paduan material adalah Al-Si-Cu. Selanjutnya, untuk bagian swing arm sepeda motor memiliki material khusus yang lain lagi, yaitu Al-Mg dengan kadar magnesium 5 wt%. Lalu, untuk metode gravity die casting secara umum menggunakan material dengan standar A356, dan tentunya masih banyak lagi detail material-material untuk komponen lainnya.

Contoh bagian-bagian dari komponen mesin motor matic yang diproduksi ASTRA | Source: Siaran MATCHA ROOM ke-5

Sekilas tentang sepeda motor bertenaga listrik Indonesia

Tak jauh berbeda dengan motor bertenaga BBM, yang membedakan antara motor bertenaga listrik adalah penggeraknya. Secara desain, motor listrik atau yang sekarang biasa dikenal dengan electric vehicles (EV) mirip dengan desain motor matic kebanyakan. Umumnya komponen dari kendaraan listrik (selain baterai) memiliki bobot yang sama persis seperti motor matic konvensional. Sehingga, hal itulah yang menyebabkan produksi EV sangat erat kaitannya dengan para engineer dan peneliti bidang material.

Bahkan, menurut Yoga Mugiyo Pratama, Head of Research and Development, PT. GESITS Technologies Indo., “Tujuh puluh persen (atau >50 %) performa kendaraan listrik tergantung dari baterai, pun juga penentu harga pasaran sekalipun. Bisa dibilang core dari pengembangan kendaraan listrik adalah materials science,” saat membuka diskusi MATCHA ROOM ke-33. Lebih lanjut, tiga tantangan utama dari pengembangan EV pun sangat bergantung pada teknisi bidang material.

Tiga tantangan tersebut di antaranya adalah harga baterai, waktu charging, dan stasiun pengisian daya. | Source: Siaran MATCHA ROOM ke-33

Tuh kan, semuanya tentang baterai. Jadi, bisa dibilang opini dari Yoga di atas sangat valid. Sebagai gambaran tentang seberapa dekatnya teknologi baterai dengan material, wise-reader sekalian bisa langsung meluncur ke artikel ini, atau juga membaca artikel-artikel lain pada tag: baterai di website ini. Pasalnya, untuk pengembangan baterai dan segala komponen pendukungnya sangat membutuhkan keilmuan material berupa:

  • Sintesis material ukuran mikro (atau nano)
  • Polymeric binder
  • Electrochemistry of materials
  • Material logam (metalurgi), dan masih banyak lagi.

Bisa dibayangkan, baik produksi kendaraan bermotor konvensional maupun EV semuanya membutuhkan sentuhan teknik material, dari mulai hulu pengolahan raw material hingga manufaktur kendaraan. Sudah bisa dibayangkan dong seberapa pentingnya insight material di produk-produk yang kalian naiki sehari-hari?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *