Masih Merasa Awam dengan Material? Pakaian Kalian Bisa Jadi Jawabannya!

Tulisan kali ini masih relatif terhubung dengan ulasan tiga tahun lalu. Salah satunya adalah penjelasan tentang kain cepat kering. Ketika membahas kain, pakaian, pun juga pernak-pernik yang menempel padanya, seperti kancing, zipper, dll, peran material/metalurgi akan selalu ada. Mengapa demikian? Yuk, kita belajar bareng-bareng.

Pada ulasan awal dari sebuah artikel yang diterbitkan oleh The Journal of The Textile Institute di tahun 2021 menerangkan bahwa kualitas dari kain akan menentukan seberapa jauh produk pakaian diterima di masyarakat. Selain didorong oleh perubahan selera masyarakat, hal tersebut juga dipicu lewat perkembangan rekayasa bahan kain. Kualitas kain sendiri bisa ditinjau dari beberapa hal, diantaranya adalah ketahanan, kenyamanan, estetika, dan fungsionalitas. Di dalam area-area inilah peran material dan metalurgi sejauh ini berperan.

Ada banyak faktor teknis untuk meningkatkan kualitas dari bahan kain, atau secara umum pakaian. Salah satunya adalah material serat yang digunakan dan teknik pemintalannya. Jenis serat yang digunakan pada tiap-tiap kain akan mempengaruhi sifat pakaian, apakah nantinya lentur, mudah menyerap keringat, cepat kering, ringan, lembut, tahan panas, atau sebaliknya. Belum lagi jika ditinjau dari sudut pandang ketahanan terhadap benda-benda asing, entah itu bahan kimia, kuman, bakteri, virus, dsb. Atau jika ingin lebih kompleks lagi, bisakah bahan tersebut bertahan dalam kondisi ekstrem? Tahan api, cuaca di bawah nol derajat Celcius, atau kondisi hampa udara. Hal-hal itu menjadi acuan dasar untuk para saintis material kain dalam menciptakan bahan yang berkualitas. Versi panjang dari paragraf ini bisa kalian temukan dalam tulisan ilmiah yang diterbitkan pada Journal of Sensory Studies pada tahun 2013.

Ada berapa jenis kain yang dipakai untuk bahan pakaian kalian? | Photo by Clark Street Mercantile on Unsplash

Kualitas Pakaian Ditentukan dari Jenis Kain

Berikut adalah beberapa jenis kain beserta bahan penyusunnya yang sekilas bisa kalian amati di sekeliling lemari pakaian.

  • Katun: serat kapas.
  • Linen: serat rami.
  • Sifon: campuran serat sutra (silk), serat sintetis nilon, poliester, dan rayon.
  • Denim: serat kapas, yang dimodifikasi dengan membuat kainnya memiliki dua bagian core and outer layer. Yang membedakannya dengan katun biasa adalah teknik pembuatannya.
  • Drill: campuran serat tetoron, rayon, dan poliester.
  • Satin: aslinya terbuat dari serat sutra, akan tetapi sekarang bisa juga dibuat dengan serat poliester, wool, dan katun. Karena pada dasarnya satin adalah satu dari jenis tenun tekstil, dan satin hanya dapat dihasilkan dari helai-helai serat yang dipintal dengan baik.

dan masih banyak lagi jenis-jenis kain lainnya, seperti likra, kanvas, kulit & suede, rajut, dll. Bisa dilihat bahwa mayoritas terdiri atas serat alam, tapi seiring berjalannya waktu, ada serat-serat sintetis yang diikutkan di dalam pembuatannya. Dan itu semua adalah jasa dari rekayasa material.

Pernak-pernik Berupa Fastening Product

Selain kain, ada juga aksesoris yang membuat pakaian menjadi lebih berkualitas dan fungsional. Bisanya kita sebut dengan fastening products. Dalam fastening products, setidaknya ada tiga komponen penting yang perlu kita ketahui. Seperti yang pernah dipaparkan oleh Rudy Dwi Prasetyo, Process & Project Engineer di PT. YKK Zipper Indonesia, saat diskusi daring Materials Chat Room (MATCHA ROOM) ke-21.

Snap & Button

Jenis-jenis snap & button yang dipaparkan oleh Rudy Dwi Prasetyo.

Jika diperhatikan dengan seksama, semua bahan yang menyusun snap & button di atas terdiri atas logam. Entah berupa baja, aluminum, kuningan, nikel, emas, dll. Baik yang menjadi bahan penyusun utama ataupun hasil pelapisan logam.

Ritsleting (zipper)

Bagian-bagian penyusun zipper.

Dalam diskusi MATCHA ROOM ke-21, Rudy menjelaskan bahwa untuk membuat komponen-komponen dari zipper ini setidaknya membutuhkan beberapa pengetahuan material, metalurgi, dan elektrokimia sekaligus, yaitu pemilihan bahan, pengecoran, rolling & pressing, electroplating, painting, dan pengujian mekanik.

Lebih lanjut, untuk membuat fastening product seorang process & project engineer wajib memahami pengetahuan dasar pembentukan logam (metal forming), pemaduan (alloying), metallography, kemampuan menggambar teknik (terutama dengan computer-aided design/CAD), failure analysis, dan juga pengetahuan tentang material polimer.

Wah, menarik ya! Dengan bermodal cermin di kamar masing-masing dan juga membongkar lemari pakaian saja, kita bisa lebih paham tentang hal-hal berbau material/metalurgi. Bahkan, pada sesuatu yang dianggap biasa saja dan mungkin kecil-remeh semacam kancing dan ritsleting, ada manufaktur advanced dan pengembangan material rumit di dalamnya. Oleh karenanya, sesuai pesan dari Rudy saat menutup siaran diskusi MATCHA ROOM ke-21, bagi siapapun, baik dia seorang materials scientist/metallurgist maupun bukan, akan lebih baik jika kita terus belajar untuk mempertajam kemampuan. Karena improvement sekecil apapun ke diri kita akan bisa berdampak dan bermanfaat untuk hal-hal besar.