Penyimpan Daya & Potensinya untuk Indonesia

Artikel ini adalah sebuah tulisan singkat (tak lebih dari 550 kata) yang akan menggambarkan secara umum pentingnya teknologi penyimpan daya untuk dikuasai oleh Indonesia.

Baterai sebagai penunjang teknologi masa depan. (generated by: DALL-E)

Baterai sebagai Penyimpan Daya Portable

Jika merujuk pada penyimpan daya secara umum, kemunculannya telah lebih dari seratus tahun yang lalu. Bahkan jauh sebelum diperkenalkan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Volta. Dua ilmuwan asal Italia tersebut bisa dibilang merupakan pemantik awal kemunculan baterai dengan stabilitas arus dan durabilitas penggunaan yang baik. Teknologi baterai terus berkembang dan bertransformasi. Dari hanya sekadar ‘tumpukan volta’ menjadi berbagai macam bentuk anoda (elektroda negatif) dan katoda (elektroda positif). Tentunya dengan berbagai macam jenis elektrolit. Hingga di akhir abad ke-19, tepatnya di tahun 1990an Li-ion battery dikomersialisasi oleh SONY, Jepang. Tentunya hal tersebut juga didahului dengan riset-riset bahan katoda, anoda, dan elektrolit oleh para pemegang anugerah Nobel bidang kimia tahun 2019. Mereka adalah John B. Goodenough (USA), M. Stanley Whittingham (USA), dan Akira Yoshino (Jepang).

Perkembangan Baterai di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Prof. Evvy Kartini, Presiden dari Materials Research Society – Indonesia (MRS-INA) dan founder National Battery Research Institute (NBRI), inisiasi riset dan pengembangan Li-ion battery sebenarnya telah berjalan lebih dari dua dekade di Indonesia. Cukup banyak ahli-ahli yang telah lahir dari bidang ini. Ada yang berkiprah di Indonesia maupun yang berkarya sebagai periset dan tenaga profesional sebagai diaspora. Tak hanya sumber daya manusia, bahkan sumber daya alam Indonesia pun sepertinya sangat mumpuni untuk dikembangkan. Jadi, tak ada alasan untuk menunda realisasi produksi penyimpan daya dalam negeri.

Apalagi jika kita ikuti bersama, sejak 2019 Indonesia telah masuk ke dalam serangkaian upaya pengembangan Indonesian Battery Corporation (IBC) yang telah menjalankan aktivitas bisnis mereka akhir-akhir ini. Dengan awalan konsorsium dari PLN, Pertamina, Aneka Tambang, dan MIND ID, IBC sekarang telah memulai keseriusannya untuk membawa geliat industri penyimpan daya ke Indonesia. Lewat kerjasama yang dibentuk dengan Korea, Jepang, Tiongkok, dll. Indonesia kini semakin memperkuat branding sebagai salah satu negara yang concern dengan pengembangan Li-ion battery, utamanya untuk aplikasi pada kendaraan listrik.

Kesiapan Industri dalam Negeri

Industri terkait teknologi penyimpan daya. (generated by: DALL-E)

Tak hanya dari sudut pandang strategis, di area aplikatif pun telah bermunculan perusahaan-perusahaan yang memiliki arah gerak pengembangan penyimpan daya untuk kendaraan listrik. Sebagai contohnya adalah GESITS Motor dan Spora EV. Dua perusahaan tersebut paling strategis untuk dijadikan contoh, karena dengan tujuan yang sama mereka bisa menjalankan kompetisi bisnis dengan model berbeda. GESITS dengan produksi from the scratch motor listrik mereka. Dari mulai desain, pembuatan chassis and body, pengembangan baterai dan sistem kelistrikan, serta motor penggeraknya. Sedangkan Spora EV lebih less-complicated. Mereka mampu untuk menciptakan peluang bagi para pemilik kendaraan bertenaga bahan bakar fosil, untuk dikonversi menjadi kendaraan listrik. Menggunakan teknologi baterai, kelistrikan, dan sistem motor penggerak hasil modifikasi mereka, konsumen bisa dengan mudah memiliki kendaraan listrik.

Sepertinya masih banyak yang bisa dieksplorasi untuk pembahasan menarik kali ini, entah dari sudut pandang riset, ekonomi dan bisnis, hingga kebijakan yang sejalan dengan hal tersebut. Oleh karenanya, dengan dukungan kebijakan yang lebih memihak pada percepatan teknologi kendaraan listrik, bukan tidak mungkin teknologi penyimpan daya, yang menjadi jantung utama kendaraan listrik masa depan, bisa lebih cepat dikuasai oleh para peneliti, innovator, serta pelaku bisnis di Indonesia. Dan untuk menyongsong era baru Indonesia nanti, sudah sejauh mana kita belajar lebih jauh untuk menguasai ilmu-ilmu di baliknya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *