Hai wise-reader semuanya! Selamat tahun baru 2025 ya. Pasca artikel tanya-jawab awam tentang baterai part 3 rilis bulan lalu, ada beberapa pertanyaan yang cukup menarik masuk ke kantong nih. Buat yang udah gabung di grup WhatsApp dan Telegram MATCHA ROOM pasti sudah sempat baca hasil ulasan jawabannya. Check this out!

Kak, bahas hal mindblowing tentang Tesla dong!
Hehe, ini ulasannya cukup mindblowing tergantung sudut pandang sih ya. Tapi intinya, setelah riset di sosmed, ternyata ulasan serupa juga pernah dipakai oleh Christopher Chico di LinkedIn-nya di waktu yang hampir bersamaan dengan post yang dishare di Whatsapp dan Telegram MATCHA ROOM. Mungkin sumber kami sama, tapi yang pasti tanpa perlu berspekulasi, penjelasan dia singkat dan berupa rangkuman saja.
Oke, mari kita lanjutkan saja berkarya bersama!
Pernah dengar Tesla pakai berbagai material katoda berbeda, minta di-spill penjelasannya dong kak!
Tesla memakai berbagai macam material katoda
Tentang Tesla, memang menarik untuk diulas dari segi bahan katoda yang mereka pilih. Meski untuk bahan anoda masih debatable mereka pakai cuma grafit atau memang sudah pakai Si maupun oksida Si dari bahan alam.
Anyway, menariknya keputusan pemakaian berbagai material katoda untuk sumber baterai mereka ada di bagaimana manajemen material katoda vs. aplikasi produk kendaraan mereka.
Berikut adalah beberapa alasan dan hal menariknya:
Alih-alih hanya bertahan di NMC saja atau LFP saja seperti stereotype kebanyakan orang awam atau pelaku industri baterai pemula, Tesla memakai berbagai macam bahan katoda, baik itu NCA, NMC, NMCA, maupun LFP. Bahkan menurut informasi internal yang beredar tapi tak bisa disebutkan sumbernya (confidential), mereka mencampurkan berbagai jenis baterai (berdasarkan katodanya) tersebut dengan rasio tertentu dalam module & pack untuk beberapa produk EV mereka. Atau kemungkinan bisa juga dicampurkan ke dalam cell level.
Hal ini memungkinkan mereka untuk lebih kreatif menyesuaikan performa baterai untuk keperluan spesifik EV mereka. Entah yang butuh high energy density seperti mobil biasa atau high power density yang dominan untuk truk.
Alasannya?
Dengan memiliki sumber material katoda yang beragam, Tesla punya banyak kaki untuk menopang research and development (R&D) mereka. Mereka bisa bebas menentukan akan ke mana kerjasama sourcing bahan mereka berlabuh.
Berikut beberapa sumber baterai mereka berdasarkan bahan katoda yang dipakai:
a) Baterai berbasis NCA dari Panasonic di Nevada, yang merupakan partner paling setia Tesla sejak awal.
b) Baterai berbasis NMC diproduksi sendiri oleh internal Tesla di Texas.
c) Baterai berbasis NMCA dihadirkan dari LG Energy Solution yang basisnya di Korea tapi punya pabrik di berbagai negara.
d) Baterai berbasis LFP diproduksi melalui kerjasama dengan CATL di China. Dengan memanfaatkan posisi pabrik Tesla yang ada di Shanghai sebagai jalur kerjasama.
Presisi kinerja dan produk berbasis regional jadi tujuan
Strategi cerdas untuk lebih fleksibel dan punya banyak alternatif sumber material katoda baterai. Sehingga kalau satu material sedang tidak diuntungkan di pasar global mereka dengan mudah mengganti strategi. Yang dikejar oleh Tesla bukan hanya securing supplier, tapi juga kepresisian kinerja baterai mereka dengan menggunakan berbagai kombinasi material katoda. Sekali lagi, hal-hal tersebut memungkinkan Tesla untuk menghindari risiko terbesar dan melindungi Tesla dari disrupsi, seperti yang dialami Northvolt sebelumnya (karena hanya bergantung pada baterai berbasis katoda NMC).
Dengan demikian Tesla juga bisa menyesuaikan aplikasi baterai mereka untuk kemampuan EV yang disesuaikan dengan area/wilayah pasar mereka. Entah dengan basis temperatur pemakaian, kondisi macet/tidak, kondisi elevasi jalanan, yang ditunjang melalui kemampuan mereka untuk mengumpulkan data statistik dari pemakai produk EV Tesla secara global.
Sebagai contoh, lebih menguntungkan pakai LFP di China untuk menekan harga, lalu NCA/NMCA di USA, serta kombinasi berbagai bahan untuk pasar Eropa sebagai penunjang kebutuhan performa EV yang lebih tinggi. Dan juga negara Asia lainnya dan Australia yang lebih bermacam-macam kebutuhannya.
Makanya, debat-debat mana lebih bagus antara NCA/NMC/NMCA/LFP/dll sudah tidak lagi esensial. Jadi teringat masa pilpres di Indonesia tahun lalu ^^. Karena masing-masing ada pasar dan peruntukannya sesuai aplikasi yang disesuaikan dengan berbagai faktor.
Ada informasi terkini untuk Na-ion baterai nih!
Pesaing selanjutnya dari Li-ion battery adalah sistem Na-ion, CMIIW.

Dengan alasan harga raw materials
Sebagai analisis awal, sepertinya masih sulit untuk Na-ion bersaing dengan baterai Li-ion dalam jangka waktu pendek, untuk menengah dan panjang? Mungkin.
Banyak pegiat post-lithium menggaungkan tentang faktor harga material mentah (raw material) Na-ion akan mampu mengalahkan Li-ion maupun Li-metal battery. Nyatanya harga murah raw material tidak otomatis mampu diterjemahkan menjadi harga yang terjangkau atau kompetitif dibandingkan baterai berbasis lithium.
Akan tetapi, jangan berkecil hati dulu! Tampaknya dengan (1) dukungan research, development, and innovation (R&D&I) yang mumpuni; (2) faktor ekspektasi tingginya densitas energi (energy density); dan (3) murahnya harga raw material untuk sistem Na-ion, bisa jadi punya peluang untuk bersaing dengan baterai berbasis lithium (setidaknya untuk durasi “pasca” 5 tahun mendatang). Itu pun jika didukung dengan aktivitas inovasi dan pengembangan yang berkelanjutan, tanpa jeda, dan dipersenjatai dengan komitmen dukungan berbagai pegiat baterai global, baik dari kampus, industri, maupun institusi riset profesional.
Syaratnya?
Jika Na-ion ingin bersaing dengan baterai berbasis lithium, syaratnya jelas: rantai pasok dari keseluruhan sistem Na-ion harus segera dibangun dan digalakkan sejak dini. Terutama di segi transisi teknologi manufaktur komponen baterai hingga ke sel baterai (battery cell). Selebihnya, sepertinya module/pack bukan masalah berarti. Karena jelas sekali ganjalan dari R&D&I teknologi baterai adalah proses akselerasi pengembangan komponen baterai hingga battery cell untuk lepas dari belenggu transisi lab-scale menuju pilot-line, sampai ke industrial-scale manufacturing.
Open access paper ini memberikan insight ideal untuk para pegiat Na-ion untuk bisa mengakselerasi proses R&D&I mereka. Menarik untuk dibaca, silakan diklik saja tautannya ya!
Epilog edisi keempat
Pertanyaan-pertanyaan dari wise reader semakin aplikatif nih! Cheers… Sejujurnya penulis bahagia jika para penanya semakin kreatif, artinya trigger konten yang disebar selama ini ditangkap sebagai hal yang menarik untuk diulas lebih jauh. Jika ada pertanyaan berikutnya, jangan lupa drop di kolom komentar, grup-grup MATCHA ROOM, maupun media sosial penulis ya!
Sampai jumpa di edisi berikutnya!
Leave a Reply